Senin, 23 Mei 2011

Candi Borobudor




BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Akhir-akhir ini perkembangan candi di Indonesia belum menampakkan hasil yang menggembirakan dengan jumlah pengunjung yang selalu menurun setiap tahunnya.
Demikian hasil investigasi dalam objek dan daya tarik candi terus menurun, dengan sarana dan prasarana serta kebersihan di lingkungan Candi Borobudur yang kurang terawat dan juga kurang pedulinya pengunjung akan fungsi utama candi sebagai tempat peribadatan agama budha menjadi salah satu penyebab menurunnya minat masyarakat domestik dan internasional.
Agar pengembangan candi terus meningkat, hal yang perlu ditingkatkan yaitu tentang pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengetahuan, kebersihan, keindahan situs-situs bersejarah lainnya, sehingga dapat diharapkan partisipasi mereka dalam menjaga kebersihan dan keasrian candi agar tetap terpelihara.
Dengan demikian Candi Borobudur yang merupakan candi kebanggaan ini ditingkatkan daya tariknya agar wisatawan dari dalam dan luar negara agar berminat mengunjungi Candi Borobudur.

1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan dengan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapatlah dirumuskan pokok permasalahan, antara lain:
a)      Bagaimana daya tarik candi Borobudur meningkatkan wisata domestik dan mancanegara.
b)     Seberapa besar kepedulian wisatawan dengan kebersihan dan kerapihan candi borobudur
c)      Hubungan antara ketertarikan wisatawan candi dan kepedulian lingkungan candi borobudur
d)     Potensi dan permasalahan pengembangan Candi Borobudur sebagai tempat wisata.

1.3  Tujuan Penulisan
Dengan di buatnya karya tulis ini, saya mempunyai tujuan pokok yang ingin di capai adalah sebagai berikut:
1) Mengenal lebih lanjut tentang candi borobudur.
2) Membangkitkan minat masyarakat domestik dan mancanegara berwisata di candi Borobudur.
3) Melatih diri dalam menyusun suatu masalah kedalam bentuk tulisan.
4) Belajar mencintai dan melindungi warisan budaya bangsa.
5) Salah satu syarat dalam mengikuti Study Tour ke Jogjakarta

1.4  Batasan Masalah
Agar pembahasan sesuai dengan yang di inginkan penulis dapat tercapai dengan tepat dan benar maka penulis membatasi masalah sebagai berikut :
1.      Seberapa besar ketertarikan wisatawan terhadap Candi Borobudur?
2.      Bagaimana kepadulian masyarakat atau wisatawan terhadap kebersihan di sekitar candi?
3.      Apa potensi dan permasalahan pengembangan Candi Borobudur sebagai tempat wisata ?
4.      Adakan hubungan antara ketertarikan wisatawan Candi Borobudur dan kepedulian lingkungan ?

1.5  Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam karya tulis ini adalah metode kepustakaan yaitu, metode dengan mengambil data dari bahan pustaka yang relevan dengan bahan penelitian. Selain itu metode yang digunakan adalah metode observasi yaitu, metode dengan pengumpulan data dengan menggunakan indra .

1.6  Kegunaan Penulisan
1.      Mendapat berbagai macam informasi serta pengetahuan tentang Candi Borobudur
2.      Dapat menjaga dan  lebih mengenal hasil warisan budaya Indonesia dan
3.      Mengetahui adanya hubungan ketertarikan wisatawan dan kelestarian lingkungan sekitar candi
4.      Serta untuk melatih diri membuat karya tulis yang baik dan benar.




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Candi Borobudur 
Candi Borobudur  dibangun oleh Raja Syailendra pada Abad VIII Masehi. Kata Borobudur,
berasal dari bara dan budur. Bara/vihara artinya kompleks candi dan budur atau beduhur
artinya di atas atau bukit. Jadi, borobudur bisa diartikan sebagai Kompleks Candi yang berada
di atas bukit.


1.      Sejarah singkat Candi Borobudur

1.1    Waktu Di Dirikan
Banyak buku – buku sejarah yang menuliskan tentang Candi Borobudur, akan tetapi kapan Candi Borobudur dirikan tidaklah dapat di ketahui secara pasti namun suatu perkiraan dapat di peroleh dengan tulisan singkat yang di pahatkan di atas pigura relief kaki asli Candi Borobudur ( Karwa Wibhangga ) menunjukan huruf sejenis dengan yang di dapatkan dari prasati di akhir abad ke – 8 sampai awal abad ke – 9 dari bukti – bukti tersebut dapat di tarik kesimpulan bahwa Candi Borobudur di dirikan sekitar tahun 800 M.
Kesimpulan tersebut  ternyata sesuai dengan dengan kerangka sejarah Indonesia pada umumnya dan juga sejarah yang berada di daerah jawa tengah, khususnya periode antara abad ke – 8 dan pertengahan abad ke – 9 yang di terkenal dengan abad Emas Wangsa Syailendra. Masa kejayaan ini di tandai dengan di bangunnya sejumlah besar candi di lereng – lereng gunung, yang sebagian besar adalah bangunan khas hindu sedangkan yang bertebaran di dataran – dataran adalah bsngunan khas Budha tapi ada juga sebagian kecil bangunan khas Hindu.
Dengan demikian dapat di tarik kesimpulan bahwa Candi Borobudur di bangun oleh wangsa Syailendra yang terkenal dalam sejarah karena usaha untuk menjungjung tinggi dan mengagungkan agama Budha Mahayana. 

1.2 . Penemuan Kembali 

Candi Borobudur yang sempat menjadi keajaiban dunia ini menjulang tinggi di antara dataran rendah di sekelilingnya. Candi Borobudur terlupakan selama tenggang waktu yang cukup lama bahkan sampai berabad – abad bangunan yang begitu megahnya di hadapkan pada proses kehancuran. Sekitar 150 tahun Candi Borobudur di gunakan sebagai pusat Ziarah, ini adalah waktu yang singkat di bandingkan dengan usianya ketika pekerja menghiasi / membangun bukit alam Candi Borobudur dengan batu – batu pada saat pemerintahan yang sangat terkenal yaitu SAMARATUNGGA, sekitar tahun 800 – an dengan berakhirnya kerajaan Mataram tahu 930 M pusat kehidupan dan kebudayaan jawa bergeser ke timur.
Setelah sekian lama Candi Borobudur terbengkalai dan tak terurus maka tumbuhlah tumbuhan liar yang menutupi bangunan tersebut. sekitar abad ke – 10 Candi Borobudur terbengkalai dan terlupakan.
Baru pada tahun 1814 M berkat usaha Sir Thomas Stamford Rafles Candi Borobudur muncul dari kegelapan masa silam. Rafles adalah Letnan Gubernur Jendral Inggris, ketika Indonesia di kuasai / di jajah Inggris pada tahun 1811 M – 1816 M.
Pada tahun 1835 M seluruh candi di bersihkan oleh Presiden kedua yang bernama Hartman, karen begitu tertariknya terhadap Candi Borobudur sehingga ia mengusahakan pembersihan lebih lanjut, puing –puing yang masih menutupi candi di sigkirkan dan tanah yang menutupi lorong – lorong bangunan candipun di singkirkan.

1.3 . Penyelamatan I

Semenjak Candi Borobudur di temukan dimulailah usaha perbaikan dan pemugaran kembali bangunan Candi Borobudur mula – mula hanya dilakukan secara kecil – kecilan serta pembuatan gambar – gambar dan photo – photo reliefnya. Pemugaran Candi Borobudur yang pertam kali di adakan pada tahun 1907 M – 1911 M di bawah pimpinan Th Van erf dengan maksud untuk menghindari kerusakan – kerusakan yang lebih besar lagi dari bangunan Candi Borobudur walaupun banyak bagian tembok atau dinding – dinding terutama di tingkat tiga dari bawah sebelah Barat Laut, Utara dan Timur Laut yang masih tampak miring dan sangat mengkhawatirkan bagi para pengunjung maupun bangunannya sendiri, namun pekerjaan Van Erp tersebut untuk sementara Candi Borobudur dapat di selamatkan dari kerusakan yang lebih besar.
Mengenai gapura – gapura hanya beberapa saja yang telah di kerjakan masa itu telah mengembalikan kejayaan masa silam, namun juga perlu di sadari bahwa tahun – tahun yang di lalui borobudur selama tersembunyi di semak – semak secara tidak langsung telah menutupi adan melindungi dari cuaca buruk yang mungkin dapat merusak bangunan Candi Borobudur, Van Erp berpendapat miring dan meleseknya dinding – dinding dari bangunan itu tidak sangat membahayakan bangunan itu, Pendapat itu sampai 50 tahun kemudian memang tidak salah akan tetapi sejak tahun 1960 M pendapat Tn Vanerf itu mulai di ragukan dan di khawatirkan akan ada kerusakan yang lebih parah

1.4 . Pemugaran Candi Borobudur 

Pemugaran Candi Borobudur di mulai tanggal 10 Agustus 1973 prasati dimulainya pekerjaan pemugaran Candi Borobudur terletak di sebelah Barat Laut Menghadap ke timur karyawan pemugaran tidak kurang dari 600 orang diantaranya ada tenaga – tenaga muda lulusan SMA dan SIM bangunan yang memang diberikan pendidikan khususnya mengenai teori dan praktek dalam bidang Chemika Arkeologi ( CA ) dan Teknologi Arkeologi ( TA ) 
Teknologi Arkeologi bertugas membongkar dan memasang batu - batu Candi Borobudur sedangkan Chemika Arkeologi bertugas membersihkan serta memperbaiki batu – batu yang sudah retak dan pecah, pekerjaan – pekerjan di atas bersifat arkeologi semua di tangani oleh badan pemugaran Candi Borobudur, sedangkan pekerjaan yang bersifat teknis seperti penyediaan transportasi pengadaaan bahan – bahan bangunan di tangani oleh kontraktor ( PT NIDYA KARYA dan THE CONTRUCTION AND DEVELOPMENT CORPORATION OF THE FILIPINE ). 
Bagian – bagian Candi Borobudur yang di pugar ialah bagian Rupadhatu yaitu tempat tingkat dari bawah yang berbentuk bujur sangkar sedangkan kaki Candi Borobudur serta teras I, II, III dan stupa induk ikut di pugar pemugaran selesai pada tanggal 23 Februari 1983 M di bawah pimpinan DR Soekmono dengan di tandai sebuah batu prasati seberat + 20 Ton.
Prasasti peresmian selesainya pemugaran berada di halaman barat dengan batu yang sangat besar di buatkan dengan dua bagian satu menghadap ke utara satu lagi menghadap ke timur penulisan dalam prasasti tersebut di tangani langsung oleh tenaga yang ahli dan terampil dari Yogyakarta yang bekerja pada proyek pemugaran Candi Borobudur.

2.      Keunggulan dan Manfaat Candi Borobudur

Candi yang terdaftar di World Heritage Site UNESCO ini pernah menjadi anggota Tujuh Keajaiban Dunia. Berdiri di Magelang, Jawa Tengah, Borobudur adalah salah satu candi Buddha terbesar di dunia. Keunikan candi yang dibangun Raja Samaratungga ini tidak hanya terletak pada struktur bangunannya yang terdiri dari 10 tingkat, tapi juga pada relief-relief di tubuhnya yang menyimpan makna kehidupan di muka bumi. Relief itu akan terbaca secara berurutan bila kita berjalan searah jarum jam.
Pada reliefnya Borobudur bercerita tentang suatu kisah yang sangat melegenda, Ramayana, selain menggambarkan kondisi masyarakat saat itu. Keseluruhan relief mencerminkan ajaran sang Buddha. Karenanya, candi ini dapat dijadikan media edukasi bagi orang-orang yang ingin mempelajari Buddha. Yang juga mengagumkan, Borobudur dibangun hanya menggunakan sistem interlock, layaknya balok-balok lego yang menempel tanpa lem ataupun semen.
Menurut Prof.Dr.JG Casparis, sebuah prasasti dari abad sembilan menyingkapkan silsilah tiga raja wangsa Cailendra, yaitu raja Indra, putranya Samaratungga dan selanjutnya putri Samaratungga yaitu Pramodawardhani. Pada masa pemerintahan raja Samaratungga, mulailah dibangun candi yang bernama Bhumisam Bharabudhara, yang dapat ditafsirkan sebagai Bukit Peningkatan Kebajikan, yaitu setelah melampaui sepuluh tingkat Bodhisattva. Setelah selesai dibangun selama kurang lebih seratus lima puluh tahun, Candi Borobudur merupakan pusat ziarah megah bagi penganut Buddha sampai dengan runtuhnya kerajaan Mataram sekitar tahun 930 M, dimana pusat kekuasaan dan kebudayaan pindah ke Jawa Timur.
Keindahan dan keagungan Candi Borobudur tidak hanya mendapatkan pengakuan masyarakat Indonesia sendiri, melainkan ia sudah dianggap sebagai warisan kebudayaan dunia. Hal ini terbukti pada saat pemugaran Candi Borobudur selama sepuluh tahun sejak tahun 1971, dukungan berbagai negara sahabat telah diberikan secara mantap. Dua puluh delapan negara duduk sebagai anggota dari Executive Committee for the International campaign to Safeguard the Temple Borobudur.
Selanjutnya, Candi Borobudur berhasil menampilkan diri sebagai pusat wisata yang mampu menyerap tingginya kunjungan wisatawan, yaitu kurang lebih 6.333,95 orang/ hari pada tahun 1997 dengan 13% wisatawan mancanegara dan sisanya 87% wisatawan nusantara.5 Kemegahan, keagungan, keindahan dan keunikan arsitektur Candi Borobudur yang dibalut dengan nilai-nilai penting dari sisi agama, budaya dan sejarah telah menjadi fokus perhatian umat Buddha, baik di Indonesia maupun luar negeri, serta wisatawan pada umumnya untuk datang berkunjung. Dengan kata lain Candi Borobudur mendatangkan banyak devisa untuk negara.
B.     Wisatawan
wisatawan adalah orang yang melakukan perjalanan untuk berlibur, berobat, berbisnis, berolahraga serta menuntut ilmu dan mengunjungi tempat-tempat yang indah atau sebuah negara tertentu .
            Organisasi Wisata Dunia (WTO), wisatawan adalah orang yang melakukan perjalanan ke sebuah daerah atau negara asing dan menginap minimal 24 jam atau maksimal enam bulan di tempat tersebut.
            Menurut pandangan psikologi, wisata adalah sebuah sarana memanfaatkan waktu luang untuk menghilangkan tekanan kejiwaan akibat pekerjaan yang melelahkan dan kejenuhan. Adapun ilmu sosiologi menilai pariwisata sebagai rangkaian hubungan yang dijalin oleh pelancong yang bermukim sementara di suatu tempat dengan penduduk lokal. Krapf Hunziker, seorang pakar pariwisata meyakini bahwa wisata adalah munculnya serangkaian hubungan dari sebuah perjalanan temporal yang dijalin oleh seorang yang bukan penduduk asli.
            Pariwisata, berdasarkan seluruh definisinya, adalah fenomena yang terus berkembang. Lebih dari itu, industri ini telah menyelamatkan sejumlah negara dari krisis, dan memarakkan pertumbuhan ekonominya.
Jenis-Jenis & Karakteristik Wisatawan
1.      Wisatawan lokal / domestik (local tourist) yaitu wistawan yang melakukan perjalanan wisata ke daerah tujuan wisata yang berasal dari dalam negeri.
2.       Wisatawan mancanegara (interntional tourist) yaitu wisatawan yang mengadakan perjalanan ke daerah tujuan wisata yang bersal dari luar negeri.
3.      Holiday tourist adalah wisatawan yang melakukan perjalanan ke daerah tujuan wisata dengan tujuan untuk bersenang-senang atau untuk berlibur.
4.      Business tourist adalah wisatawan yang bpergian ke daerah tujuan wisata dengan tujuan untuk urusan dagang atau urusan profesi.
5.      Common interest tourist adalah wisatawan yang bepergian ke daerah tujuan wisata dengan tujuan khusus.seperti,studi ilmu pengetahuan, mengunjungi sanak keluarga atau untuk berobat dan lain-lain.
6.       Individual tourist adalah wistawan yang bepergian ke daerah tujuan wisata secara sendiri-sendiri.
7.       Group tourist adalah wisatawan yang bepergian ke daerah tujuan wisata secara bersam-sama atau berkelompo
  1. Kepedulian Lingkungan

1.    Kepedulian  perihal sangat peduli; sikap mengindahkan (memprihatinkan); 
2.    Lingkungan segala sesuatu yang ada di sekitar manusia yang memengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik langsung maupun tidak langsung.
Berdasarkan UU No. 23 Tahun 1997, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda dan kesatuan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang melangsungkan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya

D.    Ketertarikan Wisatawan Candi Borobudur
 Dengan segala pesona dan misterinya, wajar bila banyak orang dari segala penjuru dunia memasukkan Borobudur sebagai tempat yang harus dikunjungi dalam hidupnya. Selain menikmati candinya, pengunjung juga bisa berkeliling ke desa-desa di sekitar Borobudur, seperti Karanganyar dan Wanurejo untuk melihat aktivitas warga pembuat kerajinan. Pengunjung juga bisa pergi ke puncak Watu Kendil untuk dapat memandang panorama Borobudur dari atas.
Sebagai kuil Budha yang terbesar diseluruh dunia, Borobudur adalah salah satu hasil budaya manusia yang paling sering dikunjungi lebih dari sejuta wisatawan setiap tahunnya. Baik domestic maupun mancanegara. Tidak ada satupun candi diseluruh dunia yang menyerupai gaya arsitek candi ini. Candi yang dibangun di pada abad kesembilan masehi ini sangat pas sekali untuk orang-orang yang memiliki hobi fotografi, banyak spot menarik yang bisa diambil untuk diabadikan, apabila disaat sunset. Borobudur penuh dengan ornamen filosofis dimana menyimbolkan secara nyata tentang perbedaan jalur yang dapat diikuti untuk mencapai tujuan hidup. Relief yang terukir didinding candi memberitahukan keindahan dalam mempelajari hidup. Dengan kata lain, Borobudur memiliki jiwa seni, filosofis, dan budaya. Jika kita berada pada kota Yogyakarta, Borobudur bisa dicapai dengan menggunakan mobil. Hanya akan memakan waktu sekitar 1jam untuk sampai kesana. Kita dapat mengikuti tur atau menyewa mobil. Dengan menaiki candi menakjubkan ini, kita dapat mengagumi setiap relief yang berada pada batu-batu disekeliling kita.
Aneka souvenir berupa miniatur Borobudur dari perak, gantungan kunci, kaos oblong, hingga kartu pos bergambar Borobudur bisa kita temui didaerah area candi Borobudur. Relief yang terukir didinding candi memberitahukan keindahan dalam mempelajari hidup. Setiap relief memiliki ceritanya masing-masing. Untuk lebih mengerti tentang maka relief serta sejarah candi ini, kita dapat mengikuti tur atau menyewa pemandu yang telah mengerti untuk membimbing kita. Dan adapula semacam mitos yang mengatakan apabila kita berhasil menyentuh figur sang Budha yang terdapat dalam stupa, maka keinginan yang kita miliki akan terkabul.

E.     Potensi Pengembangan Candi Borobudur dan permasalahannya
Wisata di candi Borobudur perlu dimengerti sebagai kegiatan kunjungan wisata ke candi tersebut untuk tujuan pengembangan spiritual keagamaan. Mengingat candi Borobudur adalah monumen Buddhis, tentu ziarah tersebut akan dilakukan oleh umat agama Buddha di Indonesia maupun Umat Buddha sedunia.
Kegiatan-kegiatan wisata akan menciptakan banyak lapangan kerja baru. Permintaan terhadap barang dan jasa yang diperlukan secara langsung maupun tidak langsung oleh kegiatan wisata ziarah tersebut akan meningkat.
Difungsikannya Candi Borobudur sebagai pusat wisata ziarah (dharmayatra), disamping sebagai pusat wisata budaya seperti selama ini kita kenal, adalah sangat potensial dengan alasan sebagai berikut :
Wisata ziarah merupakan salah satu preferensi calon konsumen (wisatawan) terhadap atribut keagamaan Buddha dari keberadaan Candi Borobudur. 6Terjadi proses nilai tambah dari wisata ziarah dibandingkan dengan sebelumnya.
Enam dari sepuluh negara anggota ASEAN adalah negara yang penduduknya banyak beragama Buddha, yaitu Thailand, Laos, Vietnam, Kamboja, Myanmar, Singapura. Umat Buddha di negara-negara tersebut merupakan calon wisatawan mancanegara yang potensial ke Indonesia, terutama ke candi Borobudur.
Terlebih lagi Umat Buddha di negara- negara Asia lainnya yaitu RRC, Korea, Taiwan, Jepang, Hongkong, Sri Langka, Nepal, dan lain lain. Serta perlu dipertimbangkan pula Umat Buddha di Amerika, Eropah, Australia dan seterusnya, merupakan potensi Wisata Ziarah bagi Candi Agung Borobudur.
Wisata ziarah Buddhis sudah lazim dilakukan dan sangat berhasil di Thailand dan Kamboja. Berbagai vihara yang indah di Thailand serta keagungan candi Angkor di Kamboja telah menarik kedatangan banyak wisata mancanegara. Hal ini dapat menjadi bukti bahwa wisatawan ziarah akan mendatangkan devisa dalam jumlah cukup berarti.
Kita menyaksikan sejumlah Vihara dan Candi dinegara tetangga yang tidak memiliki keistimewaan seperti Candi Borobudur, namun telah berhasil dimanfaatkan secara maksimal untuk meningkatkan perekonomian rakyat sekitar dimana Candi / vihara tersebut berada juga telah mendatangkan devisa dari wisatawan mancanegara yang tidak sedikit jumlahnya.
Candi Borobudur yang seharusnya memiliki daya tarik sangat besar bagi kunjungan Wisata Ziarah sedunia, telah gagal memberikan kesejahteraan bagi peningkatan perekonomian rakyat kecil sekitar Candi tersebut. Apalagi yang berhubungan dengan pemasukan devisa bagi negara. Kita saksikan negara tetangga yang memiliki objek wisata ziarah walaupun tidak sebagus Candi Borobudur, namun telah mengatur tata kunjungan wisatawan dengan sedemikian rupa, sampai ada peraturan menghukum pengunjung yang berperilaku tidak sesuai dengan moral dan etika yang seharusnya, telah berhasil menikmati kemajuan pemasukan devisa serta memberikan kemajuan bagi perekonomian rakyat sekitarnya secara optimal.
1.      Kerusakan Candi Borobudur oleh Manusia
Dijadikannya Candi Borobudur sebagai salah satu tujuan wisata utama di Indonesia telah memberikan sumbangan yang tidak kecil pada peningkatan devisa negara. Pengunjung Candi Borobudur Baru tahun ke tahun cenderung meningkat. Peningkatan jumlah pengunjung di satu pihak dapat menambah pendapatan negara dan masyarakat di sekitarnya, tetapi di lain pihak juga dapat mengancam kelestarian candi ini. Candi yang dibangun kira-kira abad VIII pada masa pemerintahan wangsa Sailendra ini telah kurang lebih 1260 tahun berada di alam terbuka, artinya bahan bangunan yang terbuat dart batu andesit itu juga telah mengalami proses degradasi (pelapukan) oleh faktor waktu dan alam.
Meningkatnya jumlah pengunjung ke Candi Borobudur akan memberikan dampak kurang baik bagi upaya pelestarian warisan budaya. Oleh karena itu, perlu dibuat wilayah peredam yang dapat mengham¬bat pengunjung agar tidak naik bersama-sama ke candi, yaitu dengan membuat taman wisata di lingkungan candi. Keberadaan taman wisata diharapkan membuat pengunjung akan tersebar ke berbagai penjuru taman. Dengan tersebarnya pengunjung akan mengurangi beban yang ditanggung oleh bangunan candi.
a)      Faktor dari Dalam
Faktor dari dalam biasanya disebabkan oleh keroposnya bangunan itu sendiri, seperti konstruksi dan bahan penyusunnya.
b)      Faktor dari Luar
pengaruh lingkungan biotik, abiotik, dan khernis. Kerusakan yang disebabkan oleh faktor biotik adalah tumbuhnya tanaman tingkat tinggi ( ilalang, perdu, pohon-pohon besar ) dan tanaman tingkat rendah (lumut, jamur, jamur kerak, dan algae).
c)      Aktifitas Manusia
baik secara disengaja maupun tidak disengaja. Kerusakan disengaja seperti corat-coret, pencurian, pengotoran, batu penyusun jatuh karena dipanjat, sedangkan kerusakan tidak disengaja seperti terjadinya keausan batu pada lantai bangunan dan kerontokan. Kerontokan terjadi akibat pembersihan gulma pada batu candi dengan menggunakan sikat.
  1. Dampak Negatif
Dampak negatif yang dapat ditemukan di Candi Borobudur setelah Candi itu dijadikan objek wisata adalah vandalisme, sampah, keausan batu-batu candi, kerontokan, retakan, dan rembesan air. Kegiatan vandalisme banyak jenisnya seperti memanjat-manjat dinding candi dan stupa, pencungkilan relief, corat-coret, dan peledakan. Sampah yang ditemukan di Candi Borobudur berupa kertas pembungkus, sisa makanan, plastik, puntung rokok, kotoran manusia, daun, biji-bijian, buah-buahan, pecahan botol, kaleng minuman, dan abu. Sampah yang ukurannya kecil dapat masuk ke sela-sela batu yang pada akhirnya menyebabkan penyumbatan pada saluran air. Selain dapat menyumbat saluran-saluran air, sampah berupa biji-bijian seperti biji jeruk, rambutan dan salak dapat tumbuh di sela-sela batu Candi Borobudur.
Di Candi Borobudur, ditemukan beberapa batu penyusun yang mengalami keausan tersebar pada lantai dan tangga candi. Hasil penelitian tahun 1980-an menunjukkan bahwa di Candi Borobudur ditemukan 801 blok batu yang mengalami keausan (Sutantio, 1985), sedangkan hasil pengamatan di tahun 2000 jumlah batu yang mengalami keausan menjadi 1.383 blok batu (Sadirin, 2002), berarti terjadi peningkatan kerusakan sebesar 582 blok batu. Jika dirata-rata, setiap tahun terjadi keausan sebesar 36 blok batu. Terjadinya keausan pada batu candi disebabkan oleh gesekan antara pasir yang menempel pada alas kaki pengunjung dengan bate candi.
Hasil percobaan yang dilakukan oleh Sukronedi dan teman pada tahun 2000 menunjukkan bahwa akibat penggosokan yang dilakukan pada saat pembersihan gulma pada batu-batu candi, menyebabkan kerontokan pada bate yang berbeda-beda tergantung pada alat yang digunakan. Pada percobaan tersebut, digunakan sikat ijuk dengan panjang bulu sikat yang berbeda-beda yakni 3 cm, 2 cm, dan 1 cm. Luas bidang yang digosok adalah 100 cm2, tekanan penggosokan rata-rata 5 kg/cm2, serta lama penggosokan 10 menit dengan jumlah gosokan 100 kali gosokan.
Penggunaan sikat ijuk dengan panjang bulu sikat yang berbeda juga menghasilkan kerontokan yang berbeda pula. Sikat ijuk dengan panjang bulu sikat 3 cm menghasilkan kerontokan sebanyak 8,76 x 10-5 g/cm2 atau sama dengan 2,75 ml, sikat ijuk dengan panjang bulu sikat 2 cm menghasilkan kerontokan sebanyak 9,45 x 10-5 g/cm2 atau sama dengan 3,25 ml, dan sikat ijuk dengan panjang bulu sikat 1 cm menghasilkan kerontokan 18,52 x 10-5 g/cm2 atau sama dengan 6,25 ml.
Hasil observasi lapangan, sampai Desember 2003, menemukan retakan-retakan yang terjadi pada batu-batu Candi Borobudur sebanyak 1.536 batu. Penyebab keretakan dibedakan menjadi dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi beban yang harus ditanggung Candi Borobudur yang terdiri atas beban stabs dan beban dinamis, serta tumpuan tidak merata.
Salah satu faktor penting penyebab kerusakan Candi Borobudur adalah masalah air, terutama yang merembes pada batu-batu candi. Oleh karena itu, pemugaran yang dilakukan pada tahun 1973-1983 adalah kegiatan untuk mengatasi masalah air. Meskipun demikian, sampai sekarang masih dijumpai adanya rembesan air pada dinding candi. Hasil observasi, sampai dengan tahun 2002, ditemukan 112 lokasi rembesan yaitu 81 lokasi pada dinding lorong tingkat satu, 6 lokasi pada dinding lorong tingkat dua, 6 lokasi pada dinding lorong tingkat tiga, dan 19 lokasi pada dinding lorong tingkat empat.

  1. Data Pengunjung Candi Borobudur
YEAR                               DOMESTIC                           FOREIGN                            TOTAL 
1991                                1.592.884                                  241.536                          1.834.420 
1992                                1.677.481                                  312.535                          1.990.016 
1993                                1.742.242                                  310.886                          2.053.128 
1994                                1.814.097                                  347.805                          2.161.902 
1995                                2.509.707                                  325.149                          2.834.856 
1996                                1.980.949                                  311.315                          2.292.264 
1997                                1.991.404                                  283.818                          2.275.222 
1998                                1.279.460                                  115.309                          1.394.769 
1999                                1.764.934                                    86.258                          1.851.192 
2000                                2.559.527                                  114.440                          2.673.967 
2001                                2.345.158                                  111.136                          2.581.783 
2002                                1.998.355                                  107.972                          2.106.327 
2003                                2.006.317                                    62.776                          2.069.093 
2004                                1.935.918                                    90.524                          2.026.442 
2005                                1.935.231                                    57.545                          1.992.776 
2006                                1.182.212                                    60.850                          1.243.062 
2007                                1.681.122                                  299.443                          1.180.565
Dari tahun ke tahun jumlah pengunjung Candi Borobudur semakin menurun, ini di sebabkan oleh ketidak nyamanan para wisatawan dan juga adanya pembelokan nilai fungsi candi yang merupakan tempat beribadah agama budha menjadi tempat wisata semata, sehingga tidak diperhatikan kebutuhan apa saja yang di butuhkan oleh para agama budha.
Candi Borobudur yang dijadikan Monumen mati telah menghilangkan nilai sakral Agama Buddha bagi penduduk dunia yang beragama Buddha, mereka tidak merasa perlu berkunjung ke Indonesia, sehingga para wisatawan yang datang pada umumnya merupakan wisatawan budaya, kalaupun yang berkunjung adalah wisatawan beragama Buddha, mereka tidak bisa melakukan puja bhakti sebagaimana mestinya.
Candi Borobudur dianggap sebagai Cagar Budaya dan monumen mati, sehingga para pengunjung tidak memperdulikan lagi kondisi kebersihan Candi seperti yang kita saksikan dimana pengunjung membawa makanan dan minuman serta membuang sampah yang tersebar dimana mana, juga mereka mendudukan anak kecil dipundak Arca Buddha sambil berfoto serta memperlakukan tempat suci tersebut sebagai tempat picnic dan merusak baik suasana spiritual maupun nilai moral yang bertentangan dengan keagungan Candi Borobudur itu sendiri.